Non-FIksi adalah kategori postingan dimana konten yang saya tulis bertujuan utamanya untuk mencerminkan apa yang nyata, dan seringkali berbentuk suatu essay untuk mendidik/mendiskusikan suatu topik
Saya pernah mendiskusikan Satanisme Teistik dengan seseorang yang memproklamasi dirinya sebagai pengikut dari keyakinan tersebut.
Di artikel ini, saya ingin membagi dan mendiskusikan percakapan tersebut dari segi argumentasi dan juga dari segi retorikanya.
Mengikuti artikel saya sebelumnya (Kodok Makan Kentang), saya sekarang ingin menelusuri takdir dari suatu Tanaman Taoge. Dimulai, mungkin, dengan suatu kajian pendek menyangkut berbagai konsepsi takdir berdasarkan pemikiran-pemikiran besar tentang Takdir yang pernah dan masih dipegang oleh orang-orang sampai sekarang.
Dalam hidup kita, pastinya ada momen-momen dimana kita penasaran dengan hal yang - walaupun tidak terlalu penting - cukup luar biasa. Artikel ini bermaksud sebagai suatu penjelmaan dari apa yang terjadi ketika seseorang mencoba untuk mengejar rasa penasaran tersebut. Penasaran saya disini terpikat pada pertanyaan yang cukup simpel. Apa yang terjadi jika sebuah kodok mengonsumsi kentang? Apakah dia akan mati? Apakah dia akan sakit perut?
Artikel ini bermaksud untuk memberikan suatu ikhtisar yang pendek, namun komprehensif, menyangkut posisi-posisi saya terhadap berbagai pertanyaan-pertanyaan religi. Untuk membuat pembacaan artikel ini menjadi simpel dan teratur, saya akan mengorganisir posisi-posisi saya menjadi pertanyaan-pertanyaan yang paling sering ditanyakan ke saya - langsung atau tidak langsung.
Di Indonesia, agama adalah suatu topik yang bisa dikatakan "sakral" dikarnakan oleh penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila yang menurut saya salah.
Di artikel ini, saya mencoba menjelaskan mengapa agama seharusnya tidak boleh ditoleransikan sebagaimana kita metoleransikan ras atau suku seseorang.
Ada sentimen bernama "The Mozart Effect" yang sudah banyak diliput dan dibahas di waktu sekarang. Artikel ini adalah suatu percobaan komprehensif untuk mengkaji "efek" tersebut tidak hanya dalam rangka kebenarannya, namun juga dalam bagaimana publik bisa mendapatkan sentimen pada awalnya dan mempopularisasikannya.
Dari mana kita bisa mengetahui jika orang-orang Afrika-Amerika (atau orang Hitam Amerika) itu sebenarnya terlalu terepresentasikan di Amerika Serikat?
Kontroversi ini sudah lama didiskusikan. Saya di artikel ini mencoba memberi alasan utama mengapa saya percaya bahwa e-sport adalah suatu olahraga yang otentik.
Selebihnya, saya juga menjelaskan mengapa bahasa yang kita pakai untuk membicarakan perolahragaan sudah kadaluarsa dan seharusnya diganti dengan istilah lain yang lebih berguna.
Disini saya membicarakan fenomena dimana sejumlah orang memiliki suatu pengertian yang berbeda terhadap suatu konsep daripada sejumlah orang lain. Dan saya berhipotesis sebab-sebab dari ketidaksadaran pada nuansa konsep tersebut. Dan juga beberapa rekomendasi bagaimana untuk berurusan dengan ketidaksadaran ini.
Sebagai pos pertama saya di blog Daraisme, saya ingin mengkaji suatu fenomena yang saya selalu dan sudah teliti selama 6 bulan belakangan ini. Dan juga suatu fenomena yang menurut saya mempunyai banyak efek yang tidak kita inginkan demi kemajuan intelektual.